sejarah bonek

Jumat, 01 Januari 2010




Sepak bola merupakan salah satu cabang olahraga paling favorit dan digemari masyarakat di penjuru dunia. Berbicara tentang sepakbola pasti tidak akan lepas dari yang namanya pendukung atau supporter.

Di dunia kita telah mengenal nama–nama supporter fanatik club-club besar dunia, seperti Milanisti (AC Milan), Madridisti (Real Madrid), dll. Di Indonesia sendiri juga dikenal nama-nama supporter super fanatic, sebut saja Viking (Persib), Brajamusti (PSIM), Panser Biru dan Snek ( PSIS ), dan tentunya Bonek pendukung setia Persebaya.

Banyak dari kita yang menyebut bonek, bonek, bonek... sebenarnya bagaimana sejarah dari bonek itu sendiri?

Asal mula bonek

Sebenarnya kata bonek diambil dari bahasa Jawa yang kepanjangannya adalah Bondho Nekat (modal nekat), biasanya ditujukan kepada sekelompok pendukung atau suporter kesebelasan Persebaya Surabaya, walaupun ada nama kelompok resmi pendukung kesebelasan ini yaitu Yayasan Suporter Surabaya (YSS).

Istilah bonek pertama kali dimunculkan oleh Harian Pagi Jawa Pos tahun 1989 untuk menggambarkan fenomena suporter Persebaya yang berbondong-bondong ke Jakarta dalam jumlah besar, karena saat itu Persebaya berhasil lolos ke babak final di Istora Senayan.

Dengan menggunakan 110 bus dan dikoordinir oleh pak Dahlan Iskan yang pada waktu itu menjabat sebagai pemimpin redaksi harian Jawa Pos, bonek menyerbu Ibukota untuk memberikan dukungan pada tim kebanggannya Persebaya Surabaya. Sedangkan yang tidak terkoordinir datang menggunakan kereta api dengan membawa modal pas-pasan mereka tetap nekat datang ke Jakarta, karena kecintaannya pada Persebaya Surabaya.

Bonek tidak saja berasal dari Surabaya, melainkan seluruh Jawa Timur pada umumnya, seperti Pandaan, Pasuruan, Mojokerto, dsb. Dengan modal pas-pasan serta kenekataanya itulah masyarakat menamakan pendukung Persebaya Surabaya dengan sebutan Bonek alias Bondo Nekat (modal nekat).

Bonek = rusuh ????

Dalam perkembangannya, ternyata riwayat bonek ini juga diiringi aksi perkelahian dengan suporter tim lawan. Tidak ada yang tahu asal-usul, Bonek menjadi radikal dan anarkis. Jika mengacu tahun 1988, saat 25 ribu Bonek berangkat dari Surabaya ke Jakarta untuk menonton final Persebaya - Persija, tidak ada kerusuhan apapun.

Secara tradisional, Bonek memiliki lawan-lawan, sebagaimana layaknya suporter di luar negeri. Saat era perserikatan, lawan tradisional Bonek adalah suporter PSIS Semarang dan Bobotoh Bandung. Di era Liga Indonesia, lawan tradisional itu adalah Aremania Malang, The Jak suporter Persija, dan Macz Man fans PSM Makassar. Di era Ligina, Bonek justru bisa berdamai dengan Bobotoh Persib Bandung dan Suporter PSIS Semarang.

Beberapa peristiwa kekacauan yang disebabkan "Bonek mania" antara lain adalah kerusuhan pada pertandingan Copa Dji Sam Soe antara Persebaya Surabaya melawan Arema Malang pada 4 September 2006 di Stadion 10 November, Tambaksari, Surabaya. Selain menghancurkan kaca-kaca di dalam stadion, para pendukung Persebaya ini juga membakar sejumlah mobil yang berada di luar stadion antara lain mobil stasiun televisi milik ANTV, mobil milik Telkom, sebuah mobil milik TNI Angkatan Laut, sebuah ambulans dan sebuah mobil umum. Sementara puluhan mobil lainnya rusak berat.

Atas kejadian ini Komisi Disiplin PSSI menjatuhkan hukuman (sebelum banding) dilarang bertanding di Jawa Timur selama setahun kepada Persebaya, kemudian larangan memasuki stadion manapun di seluruh Indonesia kepada para bonek selama tiga tahun.

Namun tidak selalu Bonek bertindak anarkis ketika kesebelasan Persebaya kalah. Tahun 1995, saat Ligina II, Persebaya dikalahkan Putra Samarinda 0 - 3 di Gelora 10 November. Tapi tidak ada amuk Bonek sama sekali. Para Bonek hanya mengeluarkan yel-yel umpatan yang menginginkan pelatih Persebaya mundur.

Saat masih di Divisi I, Persebaya pernah ditekuk PSIM 1 - 2 di kandang sendiri. Saat itu juga tidak ada aksi kerusuhan. Padahal, jika menengok fakta sejarah, hubungan suporter Persebaya dengan PSIM sempat buruk, menyusul meninggalnya salah satu suporter Persebaya dalam kerusuhan di kala perserikatan dulu.

Mengambalikan Citra Positif Bonek

Untuk merubah citra negative yang telah melekat dalam diri Bonek tidaklah mudah seperti kita membalikkan telapak tangan kita. Bonek sendiri ada dua yaitu Bonek Terkoordinir dan Bonek tidak terkoordinir atau biasa disebut Bonek Liar.

Merubah citra Bonek telah berbagai cara dilakukan oleh YSS (Yayasan Suporter Surabaya), selaku wadah supporter Surabaya, saat ini YSS telah memiliki 6.000 anggota. Jumlah itu masih sedikit mengingat kapasitas stadion Gelora 10 November adalah 25.000. Merubah image Bonek yang terpenting adalah adanya peran serta masyarakat agar memandang Bonek tidak dari sisi negativenya saja, tetapi lihat juga sisi positifnya. (gal/bbs/kos)

sejarah bonek surabaya

Kami tak tahu, kapan kami mulai lahir......
Semuanya mengalir dan berjalan melintasi waktu
Dengan apa adanya......
Sampai saat inipun kami masih aktif mengorganisir
Diri kami dan menjalin.

tali persahabatan.....
Dari masa ke masa...hingga era kini...
Kami selalu dihujat... di caci.....
Kami sudah kenyang dengan nasi vonis.....dengan
Lauk pauknya komdis..serta..piringnya Komding
Kami mohon ma’af..atas ulah adik-2 kecil kami
Yang selalu meresahkan selama ini...
juga peringatan bagi oknum-2 yang selama ini memanfaatkan
atas nama kami...slogan kami...
Keberingasan bukan semboyan kami
Apapun cerita kami diluar sana......
Apapun foto-foto kami diluar sana.....
Apapun Ulasan-2 kami diluar sana
Sangat bermanfaat bagi mereka-mereka yang
Menghujat kami..!
Kami tidak butuh...pembenaran...
Kami tidak butuh..alasan
Inilah kami.....para BONEK yang tetap exist..
SAMPAI KINI.....
Tak sebilah Pedangpun bisa melukai diriku..
Tak lelah dan tak akan habis keringat kami
memperbaiki citra BONEK...
sampai kapanpun kami akan terus bersama
bersatu memeperbaiki diri..
AYO BERSAMA KITA BANGUN NAMA BONEK
Dengan rasa Cinta dan Kebersamaan...........
Tak ada yang lain, selain dirimu..
Yang selalu kupuja...
Ku sebut namamu..
Disetiap hembusan nafasku
Ku sebut namamu...
Ku sebut namamu.